Banyak yang berpendapat bahwa remaja-remaja modern sekarang telah melupakan bagaimana menghormati sesamanya. Seiring berjalannya waktu para remaja kian berperilaku tidak sopan bahkan secara terang-terangan. Rasa hormat kepada orang yang lebih tua kian menipis. Salah satu contohnya adalah ketika berada di angkutan umum, para remaja seolah-olah tidak sadar dan membiarkan orang yang lebih tua atau ibu-ibu hamil tetap berdiri. Remaja-remaja Indonesia telah dibutakan oleh masuknya budaya-budaya luar negeri yang kebanyakan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

      Sejak dulu negara Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang sopan dan mempunyai tata krama. Indonesia juga dikenal dengan keramahannya dan adat-istiadatnya yang dijunjung tinggi, tetapi mengapa lambat laun identitas bangsa Indonesia yang bisa dikatakan berwibawa tersebut seakan terhempas oleh angin dan tak ada yang menghiraukannya?
      Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya budaya kesopanan. Faktor pertama adalah faktor eksternal yang diakibatkan oleh masuknya budaya barat yang kebanyakan sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia. Misalnya, orang barat jika memanggil orang yang lebih tua hanya memanggil dengan namanya saja, sedangkan Indonesia biasanya memanggil orang yang lebih tua dengan embel-embel (sebutan) seperti mbak, mas, pak lek, bu dhe, paman, bibi, dll. Penyebutan nama tanpa embel-embel tersebut sangat bertentangan dengan norma kesopanan bangsa Indonesia. Lalu orang barat jika memakai pakaian terbuka seperti hot pant dan tank top bahkan bikini, di negara mereka dianggap wajar-wajar saja, tetapi bagi Indonesia hal tersebut bertentangan dengan ajaran-ajaran norma kesopanan. Faktor kedua adalah faktor internal, yang disebabkan oleh kepribadian diri-sendiri. Misalnya di kalangan keluarga, lingkungan, tempat nongkrong, dll. Maka dari itu, sopan santun dan tata krama hendaknya diajarkan dan dipahami mulai sejak kecil. Orang tua juga harus mengajarkan dan mendidik anak-anaknya untuk beretika dan berperilaku baik. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka pergaulan anak-anak mereka menjadi lebih terjaga dan dapat membentuk sang anak menjadi pribadi yang beretika baik. Disanalah terbentuknya pribadi yang menjaga budaya kesopanan. Kesopanan bukan hanya warisan dari nenek moyang kita, tetapi juga merupakan bentuk kepribadian kita. Jika kita menghilangkan dan melunturkannya, maka kita telah kehilangan jati diri kita sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kesopanan.
by: Nadhiro/XI-IB