Kelas XI.IB1 (Otsuge 2012-2013) punya tim Karawitan sendiri. Mereka rajin berlatih dengan kesadaran sendiri untuk melestarikan budaya bangsa. Nah, tanggal 4 Juli dulu itu, mereka berkesempatan bermain gamelan bersama siswa-siswi Mater Dei College.
Pertama-tama, mereka mempersilakan para siswa dari Australia itu untuk duduk di dekat mereka untuk memperhatikan mereka memainkan satu tembang. Mereka tampak antusias merekam gerakan-gerakan tangan para penabuh dari Otsuge. Di antara mereka Jamie Whorral-lah yang paling semangat, sebab ia merasa bangga bisa menyaksikan budaya leluhurnya dan berkesempatan memainkannya.
Setelah Otsuge selesai dengan tembangnya, giliran mereka mencoba menabuh. Semua tampak canggung dan ragu-ragu. Para penabuh dari Otsuge pun dengan telaten membimbing mereka menabuh gamelan sesuai catatan nada yang telah disediakan. Dalam hitungan detik anak-anak Otsuge dan Mater Dei College telah akrab seperti teman lama. Beberapa anak bahkan sudah bisa bercanda.
Guru pendamping Mater Dei, Mark Donovan, mengatakan bahwa ini merupakan pengalaman kedua siswa-siswa beliau memainkan gamelan. Sebelumnya mereka pernah mencoba di suatu tempat. Sungguhpun begitu mereka tetap saja antusias. Beliau juga berkata bahwa musik Jawa seperti itu di Australia sangat populer sebagai musik terapi yang menenangkan jiwa. Beliau berharap suatu saat Mater Dei College mampu membeli gamelan untuk kegiatan pembelajaran di sana.
Otsuge yang berpartisipasi dalam kegiatan ini di antaranya ialah Mirna, Echa, Yanti, Dennox, Setya, Chrisma, Dina, Wardah, Innasa, dan ada juga satu siswi L2, Eva. Mereka tampak senang bercengkerama dengan teman-teman baru warga Perth, Australia Barat itu.
Para siswa Mater Dei selanjutnya belajar menari tarian tradisional bersama beberapa anggota ekstra Tari yakni Lisya, Reni, dan Emma.